Para ilmuwan Australia telah mampu membuat bahan
baru yang bisa digunakan di dunia elektronika guna membuatgadget yang lebih
tipis, ringan, dan cepat.
Ilmuwan lain menggunakan teknologi nano guna
mendeteksi kanker, memasukkan obat ke pembuluh darah, mengeksplorasi gas dan
minyak yang lebih ramah lingkungan, memperkuat keamanan, dan membuat air lebih
jernih.
Menurut laporan kantor berita AAP, Minggu (6/1/2013),
para peneliti Australia berusaha keras untuk tetap menjadi yang terbaik di
dunia produk teknologi nano yang pasar ekonominya diperkirakan akan berjumlah 3
triliun dollar AS pada tahun 2020.
Sekarang teknologi nano menjadi prioritas
pengembangan di banyak negara, termasuk China. Bidang yang bisa diterapkan
untuk teknologi ini sangat beragam dan sangat menjanjikan. Salah satunya adalah
emas.
Wakil Rektor RMIT University di Melbourne Prof
Shuresh Bhargava mengatakan, emas sudah selama berabad-abad dikenal sebagai
perhiasan berharga dan metal yang tahan terhadap karat dan oksidasi.
"Namun, emas ini dalam bentuk nano yang akan
merupakan benda lebih berharga lagi," kata Prof Bhargava.
Menurut Bhargava yang ahli biologi molekul tersebut,
banyak orang belum paham mengenai ukuran nano. "Sebagai perbandingan,
sehelai rambut manusia itu masih 80.000 kali lebih besar dibandingkan dengan
satu partikel nano," katanya.
Salah satu proyek Bhargava menggunakan butiran emas,
yang direkayasa secara nano di dalam alat sensor untuk menarik salah satu
substansi paling beracun di udara, yaitu merkuri.
"Merkuri adalah elemen paling beracun. Setiap
tahun 60.000 bayi di Amerika Serikat lahir dengan penyakit karena
merkuri." katanya.
Sensor ini sudah hampir siap dipasarkan, dan para
ilmuwan Australia juga berusaha menghilangkan elemen merkuri ini dari udara.
"Tidak lama ini mungkin bisa dicapai," kata Bhargava kepada AAP.
Menurut laporan koresponden Kompas di Australia, L
Sastra Wijaya, para peneliti Australia juga membuat banyak kemajuan di bidang
elektronika.
Dalam artikel di jurnal Advanced Materials, Jumat
(4/1/2013), mereka mengatakan telah berhasil membuat material dua dimensi dari
lapisan kristal—dikenal dengan nama molybdenum oxides—yang akan memungkinkan
elektron bergerak dalam kecepatan sangat tinggi.
Salah satu anggota tim peneliti, Serge Zhuiykov,
mengatakan, penemuan baru ini akan memungkinkan pengiriman data lebih cepat dan
gadget memiliki fungsi lebih banyak.
"Sampai sekarang kita belum bisa membayangkan
kemungkinan yang bisa kita gunakan. Namun, ini bisa digunakan untuk membuat HP
yang lebih tipis, alat elektronik yang lebih fleksibel, atau laptop yang lebih
ringan." kata Zhuiykov.
Bhargava mengatakan, teknologi nano juga
dikembangkan di beraneka dunia industri, termasuk eksplorasi gas dan minyak, di
mana alat sensor sangat diperlukan.
"Teknologi ini bisa lebih murah dan lebih
bersahabat dengan lingkungan, bisa menjadi model eksplorasi abad ke-21,"
kata Bhargava.
Masalah yang dihadapi dalam pengembangan teknologi
nano di Australia adalah dukungan bagi penelitian multidisiplin. Vipul Bansal
dari jurusan Sains Terapan RMIT sedang mengembangkan biosensor nano untuk
malaria dan penyakit lain.
Dia juga menggunakan partikel nano untuk mempercepat
pengiriman obat ke dalam pembuluh darah dan penelitian kanker untuk mendeteksi
kanker lebih dini.
"Tantangan terbesar adalah terbatasnya peluang
bagi ilmuwan biologi dan ilmuwan material untuk bekerja bersama-sama,"
kata Binsal.
Menurut Binsal, mereka yang bekerja di bidang
kedokteran dan bidang teknologi tidak bisa dibiayai oleh dua badan dana
penelitian utama di Australia, yaitu Dewan Riset Australia serta Dewan
Penelitian Kesehatan dan Kedokteran.
"Uang dari pemerintah federal digunakan, tetapi
mereka tidak bekerja bersama-sama." kata Binsal.
Pejabat Menteri Industri dan Inovasi Chris Evans
mengatakan, pemerintah sadar akan masalah tersebut dan sedang mencari
solusinya.
sumber:http://internasional.kompas.com/read/2013/01/06/17002465/Australia.di.Garis.Terdepan.Bidang.Teknologi.Nano.